Perkembangan
mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem perkembangan di Amerika Serikat.
Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam
pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam
manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia.
TQM
adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan
pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota
organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga diterjemahkan
sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan
manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk,
dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik
(keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input
dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya
memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total Quality
Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan demikian,
juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara
terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM
sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah
satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dia
lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming prize di tahun.
Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena memasarkan produk
yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/
bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus
menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter (1994) mengatakan
“Quality is our best assurance of custemer allegiance, our strongest defence
against foreign competition and the only path to sustair growth and earnings”.
Di
Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut:
- Kaizen: difokuskan pada
improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement)
sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat
dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable
(dapat diukur).
- Atarimae Hinshitsu:
berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi dari efek
tersebut.
- Kansei: meneliti cara penggunaan
produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu sendiri.
- Miryokuteki Hinshitsu:
manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk
diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh
beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu
kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai
berikut:
- Curah Pendapat (Sumbang
Saran) – Brainstorming
Curah pendapat adalah alat
perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok.
Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin
dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
- Diagram Alur (Bagan Arus
Proses)
Bagan arus proses adalah
satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain untuk menyusun gambar
proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan
menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
- Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah
suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah dengan kerangka
Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang),
dan Threats (ancaman).
- Ranking Preferensi
Alat ini merupakan suatu
alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan dan pemecahan
masalah di antara beberapa alternatif.
- Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan
(juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat analisis, antara
lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan
menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
- Penilaian Kritis
Penilaian kritis adalah
alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses
manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan
apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang
lebih baik.
- Benchmarking
Benchmarking
adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi
kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari
proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus
menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa
dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
- Diagram Analisa Medan Daya
(Bidang Kekuatan)
Diagram medan daya
merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
Syarat-syarat
pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
- Setiap
perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu
produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
- Memberikan kepuasan kepada
pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.
- Memiliki wawasan jauh ke
depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
- Fokus utama ditujukan pada
proses, baru menyusul hasil.
- Menciptakan kondisi di
mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
- Ciptakan kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan bukan dengan cara
otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
- Rela memberikan ganjaran,
pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum
berhasil/berbuat salah.
- Setiap keputusan harus
berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
- Setiap langkah kegiatan
harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.
- Program pendidikan dan
pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
1.
Sejarah TQM
A. 1946
– 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming menyampaikan seminar 8
hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur, dan para eksekutif
perusahaan Jepang.
B. 1951
– 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
C. 1955
– 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah CWQC (
Company Wide Quality Control )
D. 1961
– sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru Ishikawa memperkenalkan
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
2.
Prinsip
TQM
Prinsip-prinsip TQM:
a. Kepuasan
pelanggan
b. Partisipasi
c. Manajemen
berdasar fakta
d. Perbaikan
berkesinambungan
3.
Unsur-unsur
TQM:
a. Pelanggan
(internal dan eksternal)
b. Obsesi
terhadap kualitas
c. Pendekatan
Ilmiah
d. Komitmen
jangka panjang
e. Kerjasama
tim
f. Perbaikan
sistem berkelanjutan
g. Pendidikan
dan Pelatihan
h. Kebebasan
terkendali
i. Kesatuan
tujuan
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan
4.
Elemen
Pendukung Dalam TQM
Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
- Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan,
menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali
siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan
untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer
senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa diremehkan.Pimpinan
Senior suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di
dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling
mampu, dan paling hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui
persaingan yang ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer
senior mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik
misi, visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai
keduanya. Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang
terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola
agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai kunci keunggulan
bersaing.
- Pendidikan
dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya
tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih
semua karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin
perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa
suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh
perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench marking, statistik, dan teknik
lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan yang paripurna.
- Struktur
Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam
ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih baik
kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang
kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai
mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam
organisasi, dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
- Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara
berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu
komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan
mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari
setiap karyawan.
5. Model TQM
Salah satu kerangka model TQM:
a. Ethics / etika
b. Integrity / integritas
c. Trust /
kepercayaan
d. Training /diklat
e. Teamwork / kerja sama
f. Leadership / kepemimpinan
g. Recognition / akredibilitas
h. Communication / komunikasi
6. Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa
mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design,
dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
b. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and
leadership.
c. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
d. Roof adalah recognition.
Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah
sebagai berikut :
- Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics,
integrity, dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan,
ketulusan dan memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya.Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potens TQM yang
luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda
dan saling melengkapi dalam TQM. Adapun sebagai berikut :
a) Ethics adalah
suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal yang dianggap baik oleh
perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap buruk.
Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis dan
etika personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan sesama SDM.
b) Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan, dan
ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen perusahaan
terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen
harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
c) Trust kepercayaan
di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan perusahaan akan memudahkan
proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan
mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.
- Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar
penyangga akan lebih kuat lagi dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM,
yaitu recognition. Bricks terdiri atas hal-hal berikut:
a) Training–Diklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari Human
Resources Departement. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan karyawan
di antaranya keahlian personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan
untuk bekerja aktif dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi
dan bisnis, dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
b) Teamwork–Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim permasalahan akan
lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat saling mengisi.
Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim
yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut:
1. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah bentukan tim yang sifatnya
temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang spesifik.
Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun waktu tiga
sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan
lagi ketika permasalahan yang sama timbul pada periode waktu berikutnya.
2. Problem Solving Teams (PSTs) – Tim ini juga bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta menangani
penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai dengan tiga bulan.
Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada permasalahan yang
dihadapi QITS.
3. Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok
kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan tanggug
jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep yang terdapat
di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim secara
professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran berkualitas.
Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja kurang lebih
satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
c) Leadership – Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok kepemimpinan dalam
TQM hendaknya yang memiliki visi ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya.
Pemimpin di sini juga berarti mampu membuat arah strategi yang dapat dipahami
oleh semua komponen yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan.
Sosok kepemimpinan ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan
supervisor yang berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang supervisor harus
paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan philosophy yang terkandung
di dalamnya dan mampu mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di
bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang, dan dipimpin oleh perangkat
top management yang harusmemiliki komitmen tinggi terhadap hal tersebut.
Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi karena top management bertindak
dari planer sampai measurement.
- Binding
Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model
dari TQM. Communication – Komunikasi adalah suatu jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke
sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan elemen
kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat sasaran dan
tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara seluruh elemen
organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun seorang
supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di sekitarnya yang kemudian
disampaikan ke manajemen untuk diolah sedemikian rupa menjadi suatu keputusan
terhadap suatu kondisi berupa informasi untuk kemudian disampaikan ke
pihak-pihak yang terkait. Ada beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi ini
tergolong dominan dalam organisasi. Dari top manajemen yang menyampaikan informasi
ke supervisor, selanjutnya dari supervisor ke karyawan adalah contoh dari komunikasi
ini.
b. Upward communication – Dapat berupa kritikan karyawan terhadap manajemen
atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya dari karyawan yang
disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
c. Sideways communication – Komunikasi ini sangat penting karena memecah dinding
pembatas antara satu departemen dengan departemen lainnya. Tanpa kom
d. unikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen
dengan yang lainnya.
- Roof
atau Recognition
Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu memberikan sugesti
dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan seseorang
memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi
perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas,
dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara
tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada konsumen
berupa produk dengan mutu yang tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang
berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat
serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
a) Cara – Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat,
dan sebagainya.
b) Tempat – Penampilan yang baik dapat dilihat dari
kondisi kerja departemen, panitia, tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini
terjadi di kalangan departemen, top manajemen, ataupun di kalangan karyawan
c) Waktu – Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu,
seperti rapat staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
4. Model TQM Yang Disederhanakan
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality Management,
maka dilakukan langkahlangkah awal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk
kesuksesan pendekatan manajemen kualitas.
b. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut
dapat terkoneksi satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
c. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih
dalam mecapai tujuan dari manajemen kualitas.
d. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk
menyeimbangankan perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan
rutinitas proses operasional sehari- hari.
e. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan
digunakan oleh tiap-tiap sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk
peningkatan aktivitas produksi sehari-hari.
f. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam
peningkatan produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan
dalam satu bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.
g. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui
kebutuhan karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua elemen yang
berperan dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi.
h. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan
menyebabkan mereka berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru
sebaliknya harus mempelajari hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat
proses TQM berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan model
TQM berikut:
A. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan
budaya
B. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen
Organisasional (OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
C. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan
manajemen organisasi dengan Departemen Human Resource Development.
D. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan
pandangan dan berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
- Traditional
Management Approach (Model
Pendekatan Tradisional) Model ini adalah model yang paling sering
digunakan, yaitu pimpinan perusahaan membuat suatu pendekatan TQM
dengan memaksakan penerapan TQM yang akan diberlakukan ke HRD dan
OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak berdampingan dengan HRD
dan OM dalam merancang TQM itu sendiri. Akibatnya adalah pendekatan
ini dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%. Hal itu terjadi
karena yang terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah Rat
Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan cara-cara
tidak sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti
ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
- Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar